Pay dan Yaya berusaha mencari kunci pintu pondok yang biasanya di
simpan di tempat bersembunyi oleh Pak Samir.Aku,Edo dan Yadi tidur
tiduran di teras rumahnya,pikirku bukannya ini namanya lancang,bongkar
bongkar pondok orang
,"gimana kalau ada orang lihat kamu..semua mungkin di gebukin warga?."
,"ah..tapi masa bodohlah yang penting bisa tidur di sini daripada
harus tidur di semak semak,gimana kalau banyak ularnya,belum lagi
setannya,males banget ah!."
Pay dan Yaya kembali dengan wajah lesu,mereka tidak berhasil menemukan kuncinya.
harapan kami hanyalah mencari rombongan perkemahan pramuka,menyusuri
jalan setapak yang gelap di bawah cahaya bulan yang teduh,sosok orang
orangan itu tampak masih berada di sana,"tentu saja,"pikirku itukah
orang orangan sawah,mana mungkin dia bergerak.
Aku memberanikan diri untuk memeriksa orang orangan itu.Sosok besar
tinggi di bungkus dengan jubah hitam yang aneh.
bagian kepalanya terbuat dari bungkusan kain kuning serta mengenakan
topi caping di atasnya,Yadi ikut bersamaku memperhatikan,perasaannya
mengatakan orang orangan ini seperti hidup dan sedang memperhatikan
kami.
Kami melanjutkan perjalanan menuruni jalan setapak.
Deburan ombak di pantai samar terdengar mendekat,pertanda pantai sudah
dekat di depan mata kami.
Sampai saat ini masih belum menemukan adanya tanda tanda perkemahan di
sekitar situ justru kami di kejutkan oleh lolongan anjing yang berasal
tak jauh dari situ,lolongan itu terdengar menyedihkan dan menakutkan.
Akupun mulai membaca samar ayat ayat suci yang ku bisa,aku berdoa
mudah mudahan tidak terjadi sesuatu yang kurang menyenangkan.
,"aneh..siapa yang memelihara anjing di tempat sepi ini,anjing itu
pasti ada pemiliknya,"sambar Yaya dengan curiga
,"sst..uda diem,jangan berisik,jalan aja,kita malam ini tidur di
pantai daripada nginap di pondok,udara di pantai gak terlalu dingin,di
tambah pasirnya anget kalo malam hari,"Pay menjelaskan agar kami tidak
perlu berpikir aneh aneh,Pay lebih tahu tentang lingkungan dan kondisi
alam,wajar saja..Pay seorang pencinta alam,pastilah dia punya sedikit
penjelasan tentang itu namun tiba tiba suara lolongan anjing kembali
terdengar,kali ini tepat berada di samping kami,aku dapat melihatnya
dengan jelas,sesosok anjing hutan berbulu tebal,telinganya
runcing,anjing itu melintas sambil melotot ke arah kami,tatapan
matanya tajam seperti serigala,dari matanya terpancar sinar kemerahan.
Entah sedang bermimpi atau berhalusinasi,kami semua hanya bisa terpaku
memperhatikan sosok anjing itu lalu ia menghilang di permukaan
ilalang,saat kami sedang bengong dan bertatapan,anjing itu kembali
melolong,kali ini lolongannya lebih mirip ringkihan yang tertawa dan
kali ini kami berlari tanpa pikir panjang tidak perduli lagi dengan
kegelapan dan jalan berlubang,pokoknya lari berhamburan sekencang
kencangnya.
Aku berlari dengan rasa ketakutan,gelapnya malam ku kalahkan dengan
napas terengah engah sampai akhirnya kita di tepi pantai,sialnya di
sana ternyata tak ada satupun tenda perkemahan rombongan pramuka yang
kami cari,kami sadar bahwa kami telah tersasar dan terpaksa harus
melewati malam di pantai yang sunyi.
Rencana awalnya kami akan pulang menumpang bus rombongan
Pramuka,sesampainya di lokasi perkemahan dan ternyata keputusan kami
salah besar,kami tidak menemukan mereka di sini,keadaan kini menjadi
bertambah rumit,karena kami tidak mempersiapkan makanan,salah satu
dari kami harus pulang ke kota supaya dapat menjemput kami kembali di
sini.
hanya Edolah yang memiliki cukup ongkos untuk melakukannya dan dia
harus berangkat pagi hari karena bus antar kota hanya lewat pada saat
pagi dan sore saja.
Untungnya Yadi bawa 8 bungkus mie instan dalam tasnya.Aku membaginya
supaya cukup di makan sampai jemputan datang.
Pagi hari telah datang,kamipun bersiap kembali ke pondok Pak
Samir,anehnya pintu pondoknya telah terbuka,Pak Samirpun di
dalamnya,padahal ketika kami datang tadi malam,pintu dan jendelanya
persis tertutup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar