Malam telah datang bersamaan air hujan mengalir tanpa henti membasahi
gedung sekolah dengan arsitektur Belanda yang sudah sangat tua,berdiri
angkuh bersama pohon pohon raksasa yang tak kalah tua umurnya dengan
bangunan itu sendiri,Jendelanya besar besar seakan cukup mampu
menyedot udara atau angin badai ke dalam ruangan ruangannya.Pilar
pilar yang kekar menjadi lengan dan kaki yang cukup kuat sehingga
membuat gedung sekolah itu terkesan kokok dalam usianya yang uzur.
Sesosok tubuh berjalan cepat menuju jajaran kamar kecil.Di biarkan air
hujan membasahi rambut dan pakaiannya.
Matanya yang dingin menatap nanar sekitar kamar kecil,dia mencari
seseorang yang demi dia,rela meninggalkan kedua sahabat karibnya di
halte bus,memuaskan rasa cemburu yang bergelayut di dadanya walau dia
tahu cowok itu bukan miliknya lagi.
,"dimana kalian?."gumamnya resah,sambil melangkah di koridor jajaran
kamar kecil ini.
Airmata mengalir membasahi pipinya di campur bulir bulir air hujan.
,"seharusnya aku sudah tidak boleh cemburu lagi,tapi melupakanmu
adalah hal tersulit yang aku lakukan,"gumam Ara bersamaan hembusan
angin,lembut sekali membelai tubuhnya.Dia merasa ada sesuatu yang
menabrak tubuhnya,matanya memandang kakinya,terlihat genangan darah di
kakinya.
,"ah..ah!."teriaknya bersamaan kedua sahabatnya menghampirinya dari
kegelapan malam
,"akh..mana ada genangan darah,sepercik noda darah pun tidak terlihat!."seru Lia
,"tidak ada,ar,tidak ada darah atau apapun yang mengenangi kakimu?."
Ara tersentak,mengedip-ngedipkan matanya dengan cepatnya,lantas di
kuceknya matanya yang terarah sepenuhnya pada lantai yang di pijaknya.
,"ttappii,tadi itu aku melihatnya,An,Lia.Sumpah mati aku melihatnya!."
Kedua sahabatnya mencoba memeluk Ara karena gadis ini terus histeris.
,"gimana sekarang,lia?."
tanya Ana
,"kita melaporkan kejadian ini pada kang ujo,siapa tahu ada
penjelasannya,agar ara nggak terus histeris,"
,"kami ikut kamu lia,"putus Ana mengikuti Lia tanpa menanyakan apa apa
pada Ara,hanya menarik tangannya mencari penjaga sekolah mereka.
,"eh itu,Kang Ujo sedang mengunci kantor kepala sekolah!."seru Lia
menunjukkan orang yang mereka cari hingga keduanya bergegas
menemuinya.
,"kang ujo!."panggil Lia seketika
,"lho,ada apa lagi?."tanya si penjaga sekolah sedikit emosi.Karena di
ganggu siswa lagi.
,"teman saya melihat ada genangan darah pada lantai di depan kamar
kecil,"ucap Lia sambil mengisahkan
apa saja yang telah terjadi.
Ana yang tidak ikutan bicara dan hanya memperhatikan ekspresi wajah
kang ujo merasakan kalau penjaga sekolah mereka tidak begitu kaget
mendengar laporan mereka.
,"lha memang tadi siang ada yang berantem di sana,katanya sampai
terluka,dan saya belum sempat membersihkannya..,"
,"tapi genangan darah yang di lihat Ara itu menghilang dengan
misteriusnya,kang,"Lia menegaskan lagi ceritanya supaya Kang Ujo tidak
mengira masih ada darah di sana.
,"oh..jadi hanya sebentar saja si ara melihat genangan darah,mungkin
sudah terbawa air hujan,"jawab Kang Ujo pelan,mereka bertiga
mengangguk.Alasan Kang Ujo masuk akal karena berada di koridor jadi
bisa tersapu air hujan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar