,"terima kasih pak,saya permisi dulu,"
,"ya..bapak doakan agar pripta tidak menghantuimu,mungkin baiknya di
adakan tahlilan di sekolah,"
,"ya pak,usul bapak akan saya sampaikan saya pak ridwan agar segera di
laksanakan,".
Ara terus melihat ke jalan raya,tidak tampak satu angkot pun yang
lewat,apa ada jalan rusak ya?."tanyanya dalam hati..dia terlihat resah
karena jam sudah menunjukkan pukul 06.30.Maghrib telah lewat..Ara
memutuskan kembali ke rumah Pak Harun tapi sebelumnya dia ingin
menelepon Lia agar menjemputnya.Ara menyeberangi jalan menuju boks
telepon di seberang jalan.Tangannya tergesa gesa memasukkan koin ke
lubang kecil.Jarinya menekan nomor nomor.
,"hallo..Lia,ini ara!."
,"ara ada apa?."kau di mana?."
napas Ara tersengal sengal.Dadanya penuh udara.Dia merasa ada sesosok
tubuh di belakangnya.
,"ara kamu kenapa?."suara Lia di ujung telepon terdengar cemas.
,"lia..lia,"suara telepon terputus.Koin Ara sudah habis,tubuh Ara
melorot.memeluk lutut.gagang telepon di biarkan menggantung,ketakutan
menyergap dirinya karena tubuhnya di kelilingi kabut.
Tiba tiba kegelapan datang,Ara bingung.Dari ujung pandangan secercah
cahaya merambat.makin lama makin cepat,hendak menabrak tubuh
Ara.spontan Ara menutup wajah dengan kedua tangannya.Napas Ara
memburu.Pelan pelan tangannya membuka.Dia mendapati dirinya telah
berada di kelas.Ara mengedarkan pandangan dengan masih
kebingungan,seorang cewek cantik sedang duduk di bangku,menulis
sesuatu,Ara mengenal buku itu dan cewek itu siapa,oh ya..ara
mengenalinya,dia yang terlihat dalam mimpi mimpi Ara.Dialah Prita
Wulandari.Wajahnya terlihat sedih.
Ara bisa melihat apa yang di tulisnya
,"andini maafin aku,tak ada setitikpun maksud hatiku untuk
menyakitimu..tetapi cinta telah membutakan hatiku,sekali lagi aku
minta maaf..semoga kau tenang di alam sana,"
Tiba tiba dari arah pintu sosok cewek yang lain berdiri dengan tatapan
penuh dendam.Pelan pelan dia mendekati Prita dengan langkah tanpa
suara,prita tidak menyadari kehadirannya.
Tiba tiba tangan cewek itu terangkat ke atas,sebuah gunting dengan
ujung tajam berkilat.Ara tercekat,berusaha berteriak tapi mulutnya tak
bergerak.Kakinya ingin melangkah,tetapi lumpuh.Dengan kekuatan dendam
cewek itu ingin menusuk gunting itu di leher Prita tapi kali ini Prita
menyadarinya,dia segera menendang kaki cewek penyerang itu sampai
jatuh dan berlari menuju pintu,namun saat berlari dan melihat wajah
cewek itu,Prita tampak tak percaya
,"andini..kau sudah mati!."teriaknya berlari ketakutan melewati
koridor,menyeberangi lapangan, dengan Andini mengejarnya dari
belakang,menerjang hujan deras,kilatan petir membias wajahnya yang
pucat seperti terang lampu neon yang hampir padam
padam..
terang..
padam kembali.
Riuh ranting yang di terpa angin saling bertabrakan,keributan itu
semakin memacu langkah kakinya,dia tak peduli hujan deras membasahi
kulitnya,Andini di belakangnya memaksanya terus bergerak dan berlari.
Dan napasnya semakin tersengal saat dia kesulitan membuka pintu pagar
sekolah ini,kepanikan membuatnya tak bisa berpikir jernih.Saat ia
berhasil membuka pintu pagar sekolah,cepat cepat dia berlari.Tiba tiba
kakinya terasa beku tidak bisa di gerakkan karena tersangkut akar
pohon besar ini dalam hawa dingin yang menyerang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar