Di katakannya,bahwa dia meninggal tahun 1769,tidak lama setelah
ayahnya tewas,dia sudah lama di makamkan.Tapi arwahnya tetap di rumah
itu dan minta perlindungan."bila aku tidak di ganggu,aku berjanji
tidak akan menganggu kalian!."tegasnya,"aku hanya minta rumah ini di
renovasi seperti bentuk asli bangunan tua dengan disain gaya arsitek
eropa murni,kamar ini berikan saja padaku dan jangan di tempati
orang.Piano di atas itu adalah pianoku dan pada malam tertentu,aku
akan memainkannya!."desis Marisa.
Rana tersenyum senang mendengar keterangan itu.Dia membisikkan sesuatu
ke telinga Ara dan kini cewek cantik ini menangkap maunya
Marisa,mereka berdua menyetujui apa yang di kehendaki tapi Rana
meminta agar Marisa tidak lagi menampakkan diri,karena Marisa
setuju,akhirnya dia menyodorkan tangannya untuk di jabat.Ara dan Rana
menjabat tangan halus dan dingin itu,beberapa saat kemudian,Marisa
menghilang pergi bagaikan angin,tubuhnya melesat cepat bagaikan
terbang ke loteng atas.
Mereka sampai ke rumah Ara,
,"makasih ya rana,aku bahagia sekali,pengalaman ini benar benar
menarik!."seru Ara.
,"tapi ada tugas yang menantimu nduk!,"
,"apa nduk ?."tanya Ara
,"tapi kamu memang nduk,kalau menurut orang jawa..bukannya genduk
artinya wanita!."
Ara tertawa
,"soal itu aku tahu,besok aku akan menemui mbah sugi dan menyampaikan
pesan arwah marisa,"
Rana mengangguk.
Paginya Ara ke rumah mbah Sugi menceritakan tentang pertemuannya
dengan Marisa dan entah bagaimana caranya mbah Sugi memberitahu pada
majikannya.Yang pasti sejak itu,Marisa tidak bersuara dan tidak
menampakkan diri lagi.Gangguan gangguan lain,secara total menghilang
sama sekali.Namun setiap beberapa hari sekali.
Marisa memainkan piano dan suara piano itu lamat lamat terdengar
syahdu di telinga mbah Sugi.Mereka membiarkan suara piano itu yang
terus berbunyi,hingga terlelap oleh alunan karya beethoven yang indah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar